Minggu, 03 Juni 2012

Seni Tari Indonesia Dari masa ke masa



FYI :HARI Tari Sedunia dirayakan tiap 29 April. Untuk perayaan tahun ini, 2.500 penari dari dalam dan luar negeri akan menari selama 24 jam dalam acara bertajuk "Solo 24 Jam Menari".
Untuk Sedikit menambah Wawasan Kita tentang Sejarah tari Indonesia, Special Buat Kaskuser ,Ane Persembahkan Sebuah Thread "Seni Tari Indonesia Dari Masa ke Masa".


Sejarah : 

Perjalanan dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia sebagai negara kesatuan, maka perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar belakang keadaan masyarakat Indonesia pada masa lalu.
James R. Brandon (1967), salah seorang peneliti seni pertunjukan Asia Tenggara asal Eropa, membagi empat periode budaya di Asia Tenggara termasuk Indonesia yaitu:
1) periode pra-sejarah sekitar 2500 tahun sebelum Masehi sampai 100 Masehi (M)
2) periode sekitar 100 M sampai 1000 M masuknya kebudayaan India,
3) periode sekitar 1300 M sampai 1750 pengaruh Islam masuk, dan
4) periode sekitar 1750M sampai akhir Perang Dunia II.
Pada saat itu, Amerika Serikat dan Eropa secara politis dan ekonomis menguasai seluruh Asia Tenggara, kecuali Thailand.
Menurut Soedarsono (1977), salah seorang budayawan dan peneliti seni pertunjukan Indonesia, menjelaskan bahwa, “secara garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari luar [asing]”. Berdasarkan pendapat Soedarsono tersebut, maka perkembangan seni pertunjukan tradisional Indonesia secara garis besar terbagi atas periode masa pra pengaruh asing dan masa pengaruh asing. Namun apabila ditinjau dari perkembangan masyarakat Indonesia hingga saat ini, maka masyarakat sekarang merupakan masyarakat Indonesia dalam lingkup negara kesatuan. Tentu saja masing-masing periode telah menampilkan budaya yang berbeda bagi seni pertunjukan, karena kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya.
http://indonesia-life.info/kolom/msg...7/no/4107.html

SEJARAH TARI

A. ZAMAN PRASEJARAH 

Zaman prasejarah adalah zaman sebelum lahirnya kerajaan di Indonesia. Entuk dan wujud tariannya cenderung menirukan gerak alam lingkungannya yang bersifat imiatatif. Sebagai contoh menirukan binatang yang akan diburu, pemujaan dan penyembuhan penyakit 

B. ZAMAN INDONESIA HINDU 

Pada zaman Indonesia hindu, seni tari mulai digarap dan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dar India. Beberapa jenis tari pada zaman Indonesia hindu seperi tari-tarian adat dan keagamaan berhasil disempurnakan menjadi tarian klasik yang beratistik tinggi. Sebagai contoh wayang wong, wayang topeng. 

C. ZAMAN INDONESIA ISLAM 

Pada zaman Indonesia islam, seni mengalami kekayaan penggarapannya kebanyakan di keraton yaitu kasutanan dan kesultanan. Kedua kerajaan tersebut mengembangkan identitasnya yang akhirnya menjadi 2 jenis tari yaitu kasunanan dan kasultanan. 

D. ZAMAN PENJAJAHAN 

Pada zaman penjajahan, tari-tarian mengalami kesuraman sebab berada dalam suasana peperangan dan penjajahan. 

E. ZAMAN SETELAH MERDEKA SAMPAI SEKARANG 

Setelah merdeka, peran tari mulai difungskikan untuk keagamaan ataupun sebagai hiburan dan muncul banyak kreasi-kreasi baru ataupun inovasi terhadap seni tari klasik.





Tokoh-Tokoh Tari Indonesia :

Farida Oetoyo



Farida Oetoyo (lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 Juli 1939; umur 72 tahun) adalah seorang maestro balet Indonesia.Setidaknya dua nomor balet berlabel Rama & Shinta dan "Gunung Agung Meletus" merupakan karya masterpiece koreografer Farida Oetoyo. Di samping kedua karya besar ini, masih ada karya lainnya yang bisa di catat sebagai karya handal monumental. Di antaranya balet "Carmina Burana", "Putih-Putih" dan "Daun Fulus". "Gunung Agung Meletus" dan "Rama & Shinta", mendapat sambutan hangat saat dipentaskan di Teater Terbuka dan Teater Arena Taman Ismail Marzuki tahun 70-an. Tak heran bila angin segar menerpa penggemar balet di Indonesia. Publik sangat antusias menonton sajian berkualitas. Lima ribu tempat duduk yang tersedia di Teater Terbuka padat penonton. Bahkan kalangan pers juga mempunyai andil besar. Menyambut dengan menurunkan berirta dan artikel-artikel menarik dimedia cetak mereka.Tidaklah berlebihan bila Farida Oetoyo, yang pernah menjadi primadona di panggung balet dunia disebut sebagai "Maestra Balet" Indonesia, mengingat ia pernah bergabung dengan "Teater Bolshoi" di Rusia dan berpentas di sejumlah negara Eropa serta Amerika. Bahkan hingga sekarang masih aktif mengajar balet di sekolah balet "Sumber Cipta" miliknya di Ciputat Jakarta Selatan.


Didi Ninik Thowok 

 

Didik Hadiprayitno, SST (dengan nama lahir Kwee Tjoen Lian, lalu Kwee Tjoen An) yang lebih dikenal sebagai Didik Nini Thowok (lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 13 November 1954; umur 57 tahun) adalah penari, koreografer, komedian, pemain pantomim, penyanyi, dan pengajar.Setelah lulus SMA, impian Didik untuk melanjutkan kuliah di ASTI Yogyakarta terbentur pada biaya. Didik pun bekerja, tak jauh dari kesukaannya, menari. Didik menjadi pegawai honorer di Kabin Kebudayaan Kabupaten Temanggung dengan tugas mengajar tari di beberapa sekolah (SD dan SMP), serta memberi les privat menari untuk anak-anak di sekitar Temanggung.
Dua tahun setelah lulus SMA, Didik bertekad untuk kuliah di ASTI. Berbekal uang tabungannya, Didik berangkat ke Yogyakarta dan mendaftar di ASTI. Berkat Tari Manipuri, tarian wanita yang diperagakannya dengan begitu cantik, Didik berhasil memikat tim juri ASTI. Sehingga Didik diterima dan dinyatakan sebagai mahasiswa ASTI angkatan 1974.
Pribadinya yang hangat, kocak dan santun tak menyulitkan Didik untuk mendapat teman. Bersama teman-teman barunya, Didik menampilkan fragmen tari berjudul Ande-ande Lumut. Didik berperan sebagai Mbok Rondo Dadapan, janda centil dari Desa Dadapan. Penampilan Didik sangat memukau mahasiswa ASTI yang lain.
Menjadi anak kost sangat sulit bagi Didik, karena tak mungkin mengharapkan kiriman dari rumah. Ketrampilan 'perempuan' yang dulu diajarkan neneknya terasa sangat berguna. Didik menerima pesanan membuat hiasan bordir, juga menjual hasil kerajinannya, seperti syal dan taplak meja.
Beberapa bulan setelah mulai kuliah, Didik menerima tawaran dari kakak angkatannya, Bekti Budi Hastuti (Tutik) untuk membantu dalam fragmen tari Nini Thowok bersama Sunaryo. Nini Thowok atau Nini Thowong adalah semacam permainan jailangkung yang biasa dimainkan masyarakat Jawa tradisional. Pementasan ini sangat sukses. Kesuksesannya membawa trio tersebut pentas diberbagai acara. Merekapun mengemas pertunjukan mereka dengan konsep yang lebih matang. Saat Sunaryo mengundurkan diri, posisinya digantikan Bambang Leksono Setyo Aji, teman sekos Didik. Mereka lantas menyebut kelompok mereka sebagai Bengkel Nini Thowok. Dan di belakang nama mereka melekat nama tambahan Nini Thowok (berarti: "nenek yang menyeramkan"). Setelah itu, karier Didik Nini Thowok sebagai penari terus berlanjut, bahkan Didik sering muncul di televisi.
Didik terus mengembangkan kemampuan tarinya dengan berguru ke mana-mana. Didik berguru langsung pada maestro tari Bali, I Gusti Gde Raka, di Gianyar. Ia juga mempelajari tari klasik Sunda dari Endo Suanda; Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan yang dipelajarinya dari tokoh besar Topeng Cirebon, Ibu Suji. Saat pergi ke Jepang, Didik mempelajari tari klasik Noh (Hagoromo), di Spanyol, ia pun belajar tari Flamenco.
Setelah menyelesaikan studinya dan berhak menyandang gelar Didik Hadiprayitno, SST (Sarjana Seni Tari), Didik ditawari almamaternya, ASTI Yogyakarta untuk mengabdi sebagai staff pengajar. Selain diangkat menjadi dosen di ASTI, ia juga diminta jadi pengajar Tata Rias di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogya.





 Sardono Waluyo Kusumo


  


 Sardono Waluyo Kusumo (lahir di Solo, 6 Maret 1945; umur 66 tahun) adalah seorang penari, koreografer, dan sutradara film asal Indonesia. Ia adalah salah seorang tokoh tari kontemporer Indonesia.
Sardono pertama kali belajar menari tarian klasik Jawa 'alusan' pada R.T. Kusumo Kesowo (master tari kraton Surakarta). Pada tahun 1961, R.T. Kusumo Kesowo menciptakan sendratari kolosal Ramayana yang dipentaskan di Candi Prambanan. Tari kolosal ini melibatkan 250 penari dengan dua set orkestra gamelan. Sardono diserahi tugas untuk menarikan tokoh Hanoman - meskipun ia terlatih sebagai penari 'alusan' bukan 'gagahan'. Pada awalnya ia kecewa, namun tugas ini memberinya inspirasi untuk mengadaptasi gerakan Hanoman di tari Jawa dengan silat yang ia pelajari sejak umur 8 tahun setelah ia melihat komik Tarzan.
Pada tahun 1968 ia menjadi anggota termuda IKJ pada usia 23 tahun. Pada tahun 1970-an ia mendirikan Sardono Dance Theatre. Sardono pernah mendapatkan penghargaan Prince Claus Awards dari Kerajaan Belanda pada tahun 1997. Sejak 14 Januari 2004 ia adalah Guru Besar Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
 


Tati Saleh



Raden Siti Hatijah (lebih dikenal dengan nama Tati Saleh; lahir di Jakarta, 24 Juli 1944 – meninggal di Bandung, 9 Februari 2006 pada umur 61 tahun) adalah seorang penari jaipongan asal Indonesia.
Ayahnya, Abdullah Saleh, adalah seorang seniman yang juga berprofesi sebagai Kepala Kebudayaan Ciamis, sedangkan ibunya adalah pengajar seni tari dan tembang. Selain ayahnya, Tati Saleh mempelajari seni tari dari R. Enoch Atmadibrata, Ono Lesmana, serta tokoh tari Sunda, R. Cece Somantri.
Di Konservatori Karawitan (Kokar), ia dan beberapa rekannya menggubah beberapa Seni Ibing Jaipongan seperti Lindeuk Japati, Rineka Sari, Mega Sutra. Pada tahun 1960-an, ia juga, bersama Indrawati Lukman, Irawati Durban, Tien Sapartinah dan Bulantrisna Jelantik, dikenal sebagai penari istana.
Saleh meninggal dunia pada 9 Februari 2006 akibat komplikasi luka lambung, vertigo dan diabetes. Ia meninggalkan suaminya, Maman Sulaeman dan tiga orang anak.
 



Nih Sumber komplitnya : http://livebeta.kaskus.co.id/post/000000000000000683132735#post000000000000000683132735

Dibaca juga ya gan, yang kaskuser hehehehe 


 

Sabtu, 02 Juni 2012

Konsultasi & Ngobrol Peralatan Musik ( Gitar, Effects, Ampli ) Bersama viijeemusic



Halo Kaskuser Banyumas,

Monggo yang mau sharring dan belajar bersama mengenai alat musik gitar, effects dan stompbox khusus Regional Banyumas bisa kumpul disini, bersama viijeemusic gallery.

Intinya kita majukan terus musisi dari banyumas dan sekitarnya.....

Yg dibahas :

1. Pergitaran Elektrik & Akustik Klasik
2. Peralatan Ngeband ( Ampli effects dsb )
3. Home Recording
4. Tips dan Trik
5. Sharring pengalaman pribadi ( yg jelas urusan musik ), silahkan foto & pengalaman bisa share disni 

Note : 

Bahasa yang digunakan Indonesia & Jawa banyumasan Monggo


" Yang suka sama musik, dunia panggung dan ngeband ayo reuni disini "











Nih Sumber yang bener-bener komplit :

 ( http://livebeta.kaskus.co.id/thread/000000000000000013899418/konsultasi--ngobrol-peralatan-musik----gitar-effects-ampli--bersama-viijeemusic/ )

Dibuka ya Sasmiers... 


 

Komunitas Musik Bambu Harmoni - [ Indonesian Bamboo Society ]






Mungkin agan udah tau tentang grup musik karinding attack ?? nah disini ane mau sharing tentang grup musik juga yang menggunakan alat-alat musik yang terbuat dari bambu 

Di Indonesia, terutama di tanah Pasundan, bambu telah diolah “motekar” oleh para seniman menjadi alat musik pada seni tradisional, misalnya, angklung, calung, suling, dan karinding. Namun siapa sangka, tanaman jenis rumput-rumputan ini, bisa juga diolah menjadi alat musik modern, seperti gitar, biola, celo, rebab, hingga saksofon dan klarinet.

Seorang seniman yang mengembangkan bambu menjadi alat musik modern, yakni Abah Yudi Rahmat yang dilahirkan di kota garut pada tanggal 13 mei 1952

 melalui kelompok Bambu Harmoni di bawah naungan Indonesian Bamboo Society (IBS), Abah Yudi terus bereksperiman dan mengeksplorasi bambu menjadi alat musik yang mengeluarkan suara unik dan berbeda. Untuk satu alat musik, rata-rata dibutuhkan bambu dengan ukuran diameter 10 – 12 sentimeter. Waktu proses produksinya bervariasi, misalnya, produksi terompet membutuhkan waktu satu hari, sedangkan untuk membuat satu buah gitar atau biola, proses produksinya bisa satu bulan. Selain memproduksi alat musik, IBS juga membuat karya kerajinan lainnya, seperti miniatur rumah adat dan berbagai aksesoris rumah tangga. Yang tak kalah menariknya, adalah sepeda bambu. Sepeda ini, bukanlah hanya pajangan semata, namun juga dapat digunakan. 



 Kendala yang dihadapi IBS, saat ini, terkait permasalah hak paten. Seluruh hasil karya IBS belum memilik hak paten, lantaran terbentur biaya hak paten yang cukup mahal.

Indonesian Bamboo Society (IBS) didirikan atas dasar rasa keprihatinan terhadap tanaman bambu yang cenderung tidak dihargai di indonesia. Persediaan bambu yang melimpah, kurang dilirik sebagai sebuah komoditas seni bernilai rupiah.










































 Sumber : http://livebeta.kaskus.co.id/post/000000000000000697034277#post000000000000000697034277